Agroforestri Sistem Untuk Lahan Gambut

Menurut ICRAF(International Centre for Research in Agroforestry), agroforestri adalah kumpulan istilah untuk system dan teknologi pemanfaatan lahan dimana tanaman kayu yang berumur panjang (pohon, semak, palma, bambu, dll) dibudidayakan secara sengaja dalam satu unit pengelolaan lahan dengan tanaman pertanian dan/atau ternak dengan pengaturan ruang dan waktu tertentu. Pada system agroforestri terdapat interaksi antar komponen secara ekologis dan ekonomis. Singkatnya, agroforestri merupakan teknik pemanfaatan lahan untuk menanam tanaman kehutanan, pertanian, dan bahkan penggembalaan ternak.

Agroforestri Sistem Untuk Lahan Gambut

Sumber gambar: commons.wikimedia.org

Agroforestri sendiri merupakan ilmu baru yang muncul sekitar tahun 1970an, namun praktiknya sudah diterapkan sejak zaman nenek moyang kita dulu, yaitu perladangan berpindah. Kini system agroforestri semakin populer dalam pengelolaan hutan di Indonesia. Tujuan dari agroforestri sendiri adalah untuk meningkatkan produktivitas lahan dan mengoptimalkan efisiensi menggunaan lahan.

Pola agroforestri sudah banyak digunakan di hutan rakyat dimana masyarakat menanam pohon berdampingan dengan tanaman pangan(tanaman semusim) menggunakan pola-pola tertentu. Yang terpenting disini adalah teknik silvikultur yang digunakan supaya tanaman pertanian bisa terus hidup selama daur hidup pohon.

Menilik luasnya lahan gambut di Indonesia yaitu sekitar 21juta Hektar, system agroforestri diharapkan bisa digunakan untuk meningkatkan produktivitas lahan dan kesejahteraan masyarakat. Selama ini lahan gambut dikenal sulit diolah karena keadaan yang tergenang, sehingga tidak sembarang jenis pohon yang mampu tumbuh diatasnya. Namun ternyata ada tanaman yang berpotensi untuk ditanam di lahan gambut yaitu karet dan sagu.

Menurut penelitian Dr. Budiadi, S.Hut., M.Agr di Pulau Padang, ternyata karet dan sagu tumbuh dengan baik dilahan gambut dan menjadi sumber matapencaharian masyarakat lokal. Pohon karet memang sengaja ditanam oleh masyarakat untuk disadap getahnya. Sedangkan sagu tumbuh baik melalui tunas, sehingga ketika ditebang, sudah ada tunas yang muncul dan akan berkembang menjadi dewasa.

Ada beberapa kelebihan dan kekurangan untuk masing-masing tanaman ini. Kelebihan karet adalah harga jual yang lebih mahal namun kekurangannya yaitu memerlukan pemeliharaan. Sedangkan sagu tidak memerlukan pemeliharaan dan tidak ada penanaman karena sagu mengalami pembiakan vegetatif, namun kekurangannya yaitu harga jual yang lebih rendah daripada karet.

Kedepannya, diharapkan pengelolaan lahan gambut akan lebih baik lagi dengan penerapan pola-pola tertentu. Sudah seharusnya hutan menjadi penopang ekonomi dan kesejahteraan masyarakat lokal. Kiranya sekian ulasan mengenai agroforestri sistem untuk lahan gambut ini. Semoga artikel ini bermanfaat bagi pembaca.

 

Sumber: Artikel diatas saya tulis dengan gaya bahasa saya sendiri. Referensi yang saya gunakan adalah Materi kuliah Agroforestri 12 Oktober 2015, dosen pengampu Dr. Budiadi, S.Hut., M.Agr .

You may also like...

2 Responses

  1. Reva Fahrizal says:

    Artikelnya sangat menarik gan
    mau tanya nih, perkembangannya sendiri di Indonesia gimana ?

Leave a Reply

Your email address will not be published.