Joran Pancing dari Bambu Cendani dan Obat dari Bambu Tali
Tugas Mata Kuliah Herba dan Perdu Pertemuan VI
Dosen: Atus Syahbudin
Bambu merupakan jenis tanaman yang tergolong kedalam golongan rumput-rumputan dengan ciri khusus batang berongga dan beruas. Ada banyak sekali jenis bambu dimana masing-masing memiliki morfologi yang berbeda. Bambu memperbanyak dirinya dengan tunas yang muncul dari akar. Pertumbuhan bambu tergolong cepat, bahkan bisa mencapai 60cm dalam sehari (Farrely, 1984).
Bambu Tali sebagai Obat-obatan
Salah satu jenis bambu yang cukup terkenal dan tumbuh banyak di Indonesia adalah Bambu Tali (Gigantochloa apus Kurz.). Ciri fisik bambu tali yaitu memiliki warna kulit hijau tua yang tidak mengkilap, dengan batang berdiameter antara 3-7cm dan tinggi mencapai 12m. Bambu ini biasanya hidup subur ditepian sungai yang mengindikasikan bambu ini membutuhkan pasokan air yang banyak.
Pemanfaatan bambu tali yang paling terkenal adalah untuk obat-obatan, khususnya di daerah Bali. Akar dan batang bambu tali mengandung 29,91 dan 42,88 ppm zat antioksidan yang sangat baik untuk kesehatan tubuh. Bagian bambu tali diolah menjadi obat penyakit kencing manis, kencing batu, maag, liver, hipertensi, ginjal, dan kanker (Sujarwo, dkk, 2010).
Joran Pancing dari Bambu Cendani
Bambu Cendani (Phyllostachys aurea) hidup di daerah pegunungan yang dingin. Bambu jenis ini memiliki karakteristik ruas yang pendek sehingga membuatnya terlihat unik dan futuristik. Ciri ini dimanfaatkan untuk pembuatan joran pancing. Ruas yang pendek membuat joran pancing dari bambu cendani lebih kokoh ketika melengkung akibat tarikan ikan. Selain itu, bentuknya yang unik membuatnya disukai banyak orang. Bahkan harga joran pancing dari bambu cendani mencapai jutaan rupiah.
Jenis bambu yang begitu banyak membuatnya sangat prospektif untuk dikembangkan secara masal di Indonesia. Bambu bisa menjadi hasil hutan non kayu yang akan menambah pemasukan negara selain dari hasil kayu. Selain itu, bagi masyarakat, bambu bisa dijadikan produk olahan yang bernilai. Dari sisi lingkungan, bambu menjadi kantong penyerap air melalui akar-akarnya (Soekartawi, 1995).
Daftar Pustaka
Farrelly, David (1984). The Book of Bamboo. Sierra Club Books.
http://joranbambucendani.blogspot.co.id/ diakses 31 Maret 2016 22.13
Soekartawi. 1995. Dasar Penyusunan Evaluasi Proyek. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan